PKH

Rabu, 04 Juni 2008

CERITA SEPUTAR PKH

Beberapa hari terakhir, aku sangat sibuk mengurus validasi data peserta PKH Kec. Mojosari. Dari beberapa desa yang telah selesai kami validasi ada beberapa catatan dan pengalaman yang ingin saya bagi dengan anda
Pertama :
Saat aku memvalidasi desa X (maaf tak kusebutkan nama desanya), ada beberapa RTSM yang bilang sama saya kalau perangkat desa meminta jatah 50.000 bila proses pencairan sudah dilakukan. Ini mereka anggap sebagai uang terima kasih karena sudah diuruskan aparat untuk masuk dalam program PKH.
Ada juga yang diam-diam titip nama baru agar dimasukkan program ini, walaupun kategorinya tidak sangat miskin, nama yang akan masuk adalah nama fiktif yang nantinya bisa digunakan sebagai ceperan.
Ada pula yang salah satu ketua RT Desa Ngimbangan yang memaksa agar dimasukkan menjadi peserta PKH, Walaupun calon peserta ini berada jauh di Kalimantan. Saat petugas kami mencoretnya, mereka marah-marah dan akhirnya Mas Iwan rekanku tidak bisa mengambil keputusan. Esoknya aku datang kepada mereka untuk mencari solusi pertikaian ini, dan aku mendapatkan sesuatu yang berharga dalam hidupku. aku sungguh trenyuh mendengar cerita mereka sambil menangis bahwa keluarga yang pindah ke Kalimantan ini memang kondisinya sangat miskin, untuk makan saja mereka tidak mampu, bahkan tidak jarang dijumpai mereka hanya makan nasi, dan lauk krupuk. kisah ini diceritakan oleh para tetangga mereka dengan berurai air mata.
Namun karena program ini adalah program bersyarat, maka tentu saja tidak bisa aku meloloskan mereka karena kondisi wilayah yang teramat jauh (jauh dari jangkauan wilayah PKH yang aku tangani). Tidaklah mungkin aku dapat meloloskan mereka jika presensi kehadiran anak mereka tidak bisa kami dapatkan karena mereka berada jauh di sebrang laut. Lalu aku mengambil jalan tengah bahwa kalau mereka tak kasih kesempatan sekali menikmati pencairan PKH yang nilainya hanya kurang dari 200.000, apakah mereka setuju? mereka serentak menjawab "setuju". Tapi pada pencairan berikutnya harus kami coret karena presensi kehadian mereka di Sekolah tidak bisa kami dapatkan. mereka terharu dengan keputusanku, menangis sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih yang hanya untuk uang kurang dari 200.000. Tak bisa kubayangkan begitu berharganya uang 200000 bagi mereka hingga membuat mereka menangis. Aku telah melanggar prosedur tapi aku membuat mereka bahagia, dan semua menerima keputusanku. tak ada kemarahan dan demo. Oh Tuhan betapa sulitnya kehidupan di negeri ini..........

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda